Popular Post

Archive for November 2014

Pantai Siung Yogyakarta

By : Unknown
Pantai Siung Yogyakarta

Pantai Siung adalah salah satu pantai di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Meski termasuk yang paling baru dikenal, pantai ini telah menjadi andalan wilayah tersebut. Belum lama ini, saya mengunjungi pantai itu dan menyadari potensi wisata yang dimilikinya.
Siung terletak di Kecamatan Tepus, sekitar 70 km dari Yogya. Berbeda dengan pantai-pantai yang telah lebih dahulu dikenal seperti Parangtritis, Siung termasuk pendek. Pantai ini terletak di cekungan yang panjangnya hanya sekitar 300-400 m. Namun justru di sinilah letak keistimewaannya.
Pantai pendek ini dikelilingi oleh karang-karang besar berwarna kehitaman, yang sebagian besar ditumbuhi vegetasi dan lumut hijau. Paduan laut biru jernih dan karang kehijauan menambah keindahan panorama tempat ini.

Pantai Siung bukanlah pantai yang paling ideal untuk berenang karena menghadap langsung ke Samudera Hindia. Topografi pantai yang berkarang dan berbatu serta ombak yang besar pun menyulitkan Anda untuk berenang. Tak heran pemerintah setempat memasang tanda larangan berenang. Namun, tentu Anda masih bisa bermain-main air di pinggir pantai.
Keistimewaan lain dari pantai ini adalah masih banyaknya pepohonan di pinggir pantai. Anda tinggal menyewa tikar dari penduduk sekitar dan berteduh di bawah pohon-pohon itu.
Selain cocok sebagai tempat melarikan diri dari kesibukan sehari-hari, Siung sangat sesuai bagi Anda yang memiliki hobi fotografi. Pantai yang pendek dan dibatasi karang-karang justru merupakan objek foto yang sangat menarik.

Bila tidak keberatan mengeluarkan keringat, Anda dapat mengikuti jalan setapak di sisi kiri pantai untuk mencapai puncak tebing. Sekitar 10-15 menit dibutuhkan hingga sampai ke puncak. Dari sana, akan terlihat keseluruhan pantai dan karang-karang besar di sisi kiri dan kanan. Juga terlihat Pantai Wediombo yang berada di sisi sebelah timur Siung.
Selain menjadi objek wisata dan foto yang menarik, daerah di sekeliling Pantai Siung juga sering dijadikan tempat latihan panjat tebing. Mahasiswa pencinta alam di Yogya — dan bahkan luar kota — sering berlatih di sini, memanfaatkan tebing-tebing dengan ukuran bervariasi dan jalur yang beragam.
Karena baru dikenal beberapa tahun belakangan ini, Siung belum banyak dikunjungi wisatawan. Air lautnya masih jernih, karang-karangnya pun masih bebas dari tangan-tangan jahil manusia.
Penduduk setempat telah membangun warung, toilet dan mushola di pantai ini. Berbeda dengan tempat wisata kebanyakan, harga-harga di pantai ini masih tergolong normal sehingga pantai ini dapat menjadi opsi jalan-jalan murah bagi Anda.
Bila perut mulai melilit, Anda dapat mendatangi salah satu warung yang berjajar di pinggir pantai. Biasanya mereka menyediakan mi instan, nasi dan lauk, serta es kelapa muda. Anda juga dapat meminta penjaga warung untuk memasakkan ikan yang baru ditangkap nelayan.

Sayangnya, di daerah ini banyak nelayan menangkapi bayi hiu padahal hewan itu adalah salah satu spesies yang dilindungi. Menuju Siung Dengan kendaraan pribadi dari Yogya, Anda tinggal menuju ke Jalan Wonosari. Dari Yogya hingga ke Wonosari, ibukota Gunungkidul, dibutuhkan waktu sekitar 1-1,5 jam perjalanan. Hati-hati terhadap jalan yang menanjak dan berliku. Sampai di Wonosari, Anda tinggal mengikuti jalan ke arah Pantai Baron hingga persimpangan yang menuju ke Pantai Siung. Total waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Siung sekitar 2-2,5 jam tergantung moda transportasi dan kecepatan kendaraan Anda. Bila Anda memilih kendaraan umum, Anda harus naik bis ke terminal Wonosari. Di sana Anda harus berganti dengan minibus arah Tepus atau Jepitu. Di perhentian terakhir Anda harus menyewa ojek.
Karena jalur transportasi umum masih kurang memadai, cara ini tidak disarankan. Anda yang berasal dari luar kota lebih baik menyewa motor/mobil di Yogya, dan menempuh perjalanan sendiri hingga lokasi yang dituju. Jangan khawatir, seperti hampir keseluruhan wilayah Yogyakarta, akses jalan hingga ke tempat-tempat terpencil – termasuk Siung dan pantai-pantai di sekitarnya – adalah jalan aspal halus.


Tag : ,

Parang endog Yogyakarta

By : Unknown
Parang endog Yogyakarta
Parang endog suatu daerah di kec.purwosarisari kab gunung kidul ujung selatan jogjakarta hadiningrat..
Pantai Parang endog terletak di sebelah timur pantai Parangtritis. Panorama yang khas dari Pantai Parang endog selain hamparan pasir dan bentangan lain yang biru, Pantai ini memiliki gundukan bukit yang membentang di belakang hamparan pasir Pantai. Namun bukit yang menjadi bagian dari dataran tinggi Pegunungan Seribu ini pada beberapa bagiannya masuk ke Samudera Indonesia.Kecuali itu jarak antara dinding bukit
dengan garis Pantai di Pantai Parang endog ini rata-rata relatif dekat jika dibandingkan dengan Pantai – Pantai di Bantul pada umumnya.
Hal lain yang menarik dari Pantai Parang endog adalah adanya areal persawahan yang dibuat di begitu mepet jaraknya dengan Pantai. Fenomena ini menunjukkan betapa warga Pantai Parang endog begitu gigih mengupayakan kehidupannya. Pantai berpasir yang notabene merupakan hamparan tanah tandus dapat disulap menjadi areal persawahan padi dan bawang merah.
Pemandangan persawahan ini seolah menjadi begitu kontras dengan kegersangan hamparan pasir hitam yang berada di kiri kanan petak-petak sawah. Kegersangan hamparan pasir ini ternyata bisa disulap menjadi areal persawahan yang menjanjikan. Hal ini terjadi karena hasil kerja keras warga setempat yang ditunjang oleh ketersediaan sumber-sumber air tawar bening yang mengalir dari celah-celah bukit di sisi utaranya.
Pantai Parang endog ini secara etimologis terdiri atas dua buah kata, yakni parang dan endhog. Parang dalam bahasa Jawa sering diartikan sebagai batu karang yang berada di sekitar atau di dalam samudera. Sedangkan endhog dalam bahasa Jawa sama artinya dengan telur dalam bahasa Indonesia. Wilayah ini dinamakan Parang endog karena pada masa lalu di wilayah ini banyak ditemukan batuan berbentuk bulat dengan ukuran rata-rata sebesar telur. Batuan-batuan ini berasal dari perbukitan yang berada di sisi utara Pantai. Sayangnya batuan semacam itu sekarang relatif sulit ditemukan karena banyak diambil orang.
Tag : ,

Pantai Baron Yogyakarta

By : Unknown
Pantai Baron Yogyakarta

Pantai Baron adalah salah satu pantai yang menjadi favorit para wisatawan yang sedang berkunjung ke Jogja. Wisata Pantai Baron Jogja memiliki rating yang tinggi diantara deretan pantai-pantai yang ada di Jogja. Nama Pantai Baron melegenda dari anak-anak muda sampai orang-orang dewasa terutama bagi mereka yang pernah kuliah atau hidup di Jogja. Pantai Baron adalah pantai yang sangat cantik yang menawarkan pemandangan indah dan masakan hasil laut yang memanjakan lidah. Deretan pantai setelah Pantai Baron adalah Pantai Sundak, dan Pantai Siung (deret pantai yang terkenal di Jogja). Pantai Baron memiliki ombak yang besar, para wisatawan pun tidak boleh asal melewati batas pantai yang telah ditentukan petugas penjaga pantai, dengan hal ini tentunya harus berhati-hati bagi para wisatawan jika ingin berenang di pantai ini.
Pantai ini sebenarnya berupa teluk yang diapit oleh dua buah bukit di sisi kanan dan kirinya. Pasir berwarna cokelat menghampar di sepanjang pantai. Di atas pasir itu, berjajar perahu-perahu nelayan membelakangi lautan. Kapal-kapal itu baru pulang dari melaut atau sedang beristirahat kala musim melaut belum tiba. Pantai Baron memang menjadi dermaga bagi para nelayan untuk berangkat dan pulang untuk mencari nafkah. Sehingga, di kawasan pantai ini juga dilengkapi dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai pasar para nelayan untuk menjual hasil tangkapannya.

Lokasi Wisata Pantai Baron: Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Letak pantai ini adalah sekitar 65 km dari arah Yogyakarta atau 20 km ke arah selatan dari Wonosari.

Rute Perjalanan Pantai Baron
Untuk menuju ke lokasi Pantai Baron, ada beberapa pilihan transportasi yang dapat Anda gunakan. Anda dapat menggunakan taksi, bus umum, atau kendaraan pribadi baik mobil maupun motor.
Anda yang hendak ke Pantai Baron dengan menggunakan kendaraan umum, jalur kendaraan umum yang dapat Anda tempuh adalah:
  1. Dari Stasiun Tugu menuju Terminal Giwangan ditempuh dengan bus Trans-Jogja jurusan 1A, di shelter Bandara Adisucipto Anda harus pindah bus jalur 3B—jalur bus yang menuju Terminal Giwangan. Biaya sekali jalan adalah Rp 3.000,00-. Dari Bandara Adisucipto, Anda dapat langsung naik bus Trans-Jogja jalur 3B langsung ke Terminal Giwangan. Ongkos bus dari bandara ke Terminal Giwangan adalah Rp 3000,00-. Sesampainya di Terminal Giwangan, Anda dapat naik minibus jurusan Yogyakarta-Wonosari dengan jarak tempuh antara 1 hingga 2 jam. Setelah sampai di Wonosari, perjalanan dilanjutkan dengan minibus yang menuju Pantai Baron.
  2. Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi, Anda dapat memilih dua jalur, pertama melewati jalan Wonosari, dan yang kedua melewati Imogiri. Jalan Wonosari memiliki akses yang lebih mudah karena jalur inilah yang sering dilalui oleh para wisatawan jika hendak menuju pantai selatan Gunung Kidul Jogja. Namun jika Anda menginginkan jalur yang berbeda dari biasanya, Anda ambil jalur Imogiri, jalur ini terkenal agak sepi dan menyajikan pemandangan yang tidak kalah indah, namun lebar jalan lebih sempit dibandingkan jalur jln Wonosari. Perlu dipertimbangkan kesiapan kendaraan Anda jika melewati jalur ini, karena ketersediaan bengkel dipinggir jalan sangat-sangat jarang adanya.



Tag : ,

Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali

By : Unknown
Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali

Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana disingkat GWK, adalah sebuah taman wisata di bagian selatan pulau Bali. Taman wisata ini terletak di tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, kira-kira 40 kilometer di sebelah selatan Denpasar, ibu kota provinsi Bali. Di areal taman budaya ini, direncanakan akan didirikan sebuah landmark atau maskot Bali, yakni patung berukuran raksasa Dewa Wisnu yang sedang menunggangi tunggangannya, Garuda, setinggi 12 meter.
Area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana berada di ketinggian 146 meter di atas permukaan tanah atau 263 meter di atas permukaan laut.
Di kawasan itu terdapat juga Patung Garuda yang tepat di belakang Plaza Wisnu adalah Garuda Plaza di mana patung setinggi 18 meter Garuda ditempatkan sementara. Pada saat ini, Garuda Plaza menjadi titik fokus dari sebuah lorong besar pilar berukir batu kapur yang mencakup lebih dari 4000 meter persegi luas ruang terbuka yaitu Lotus Pond. Pilar-pilar batu kapur kolosal dan monumental patung Lotus Pond Garuda membuat ruang yang sangat eksotis. Dengan kapasitas ruangan yang mampu menampung hingga 7000 orang, Lotus Pond telah mendapatkan reputasi yang baik sebagai tempat sempurna untuk mengadakan acara besar dan internasional.
Terdapat juga patung tangan Wisnu yang merupakan bagian dari patung Dewa Wisnu. Ini merupakan salah satu langkah lebih dekat untuk menyelesaikan patung Garuda Wisnu Kencana lengkap. Karya ini ditempatkan sementara di daerah Tirta Agung.
Tag : ,

Pantai Pok Tunggal Yogyakarta

By : Unknown
Pantai Pok Tunggal Yogyakarta

Terlalu sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata bagaiman keindahan Pok Tunggal. Yang jelas anda akan menemukan barisan tebing karang yang berdiri kokoh disekitar pantai, bukan itu saja karang-karang tersebut tinggi menjulang tegak lurus kurang lebih 50 meter), anda juga akan bisa menjumpai kawanan monyet liar melompat dari balik tebing di sisi timur, yang luar biasa di pantai ini menyembur mata air tawar dari bumi.
Jika sore hari anda bisa menikmari sunset yang sangat mempesona. Atau anda mungkin suka berkemah? Maka anda bisa membangun tenda di pantai pasir putih ini. Jangan kahawatir jika tidak memiliki tenda, anda bisa menyewanya dari masyarakat sekitar. Jika anda suka mandi air laut maka dipantai ini anda bisa mandi sepuasnya, namun tetaplah berhati-hati.

Di pantai Pok Tunggal tumbuh sebatang pohon Duras tumbuh rindang di bibir pantai dan menjadi ikon pantai ini. Pohon ini sangat sulit tumbuh sehingga dijaga keberadaannya oleh penduduk setempat. Para wisatawan dilarang memanjat pohon tersebut yang tampak cantik tersebut.

Lokasi Pantai Pok Tunggal :
Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Jauhnya sekita 50 km dari kota Wonosari dan dibutuhkan sekitar 2,5 jam perjalanan dari Jogja.
Koordinat GPS: S8°9’20″ E110°37’17″
Kendaraan/cara menuju Pantai Pok Tunggal
  1. Kendaraan Umum: Sampai saat ini belum ada kendaraan umum untuk sampai ke lokasi wisata. Sehingga jika menggunakan kendaraan umum hanya bisa sampai di terminal wonosari, selanjutnya perjalanan ditempuh dengan ojek.
  2. Kendaraan Pribadi (jalur 1): Dari Jogja- Piyungan – Patuk àSambipitu – Arah Hutan Bunder- Gading -Logandeng – Siyono- Bundaran Tugu BPD – Jl. Kyai Legi – Jalan Lingkar Selatan – Jl. KRT Djojodiningrat -Jalan Girisubo – Wonosari – Jalan Saptosari- Tepus-Pok Tunggal
  3. Jogja – Imogiri àPanggang- Jalan Saptosari -Tepus – Ikuti Arah ke Pantai Baron -Pertigaan Jalan sebelum Pantai Baron belok kiri  menuju Pantai Indrayanti  – Pertigaan di Kawasan Pantai Indrayanti ke kiri ikuti jalan aspal -Pos Retribusi -beberapa meter sebelah kanan jalan ada papan petunjuk arah “Pantai Pok Tunggal” – ikuti jalan kecil cor blok (jalan batu)  ke lokasi pantai Pok Tunggal dengan ciri ada Pohon Duras di kanan jalan masuk
Tag : ,

Benteng Vredeburg Yogyakarta

By : Unknown
Benteng Vredeburg Yogyakarta

Benteng Vredeburg atau disebut Museum Benteng Vredeburg dibangun pada tahun 1760 Oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Belanda yang dipimpin oleh Nicholaas Harting pada saat itu menduduki jabatan Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa. Pembangunan Benteng Vredeburg dimaksudkan dengan dalih untuk menjaga keamanan Kraton dan sekitarnya, akan tetapi dibalik itu maksud Belanda sesungguhnya adalah memudahkan dan mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Benteng Vredeburg terletak di ujung Jl. Jend. Ahmad Yani Jogjakarta atau lebih di kenal Jl. Malioboro.
Awal mulanya benteng di bangun dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren. Bangunan didalamnya terdiri dari bambu dan kayu dengan atap daun ilalang serta mengambil bentuk bujursangkar dengan tiap sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut "Seleka" atau "Bastion". Oleh Sultan, keempat sudut tersebut dinamai Jaya Wisesa [Sudut Barat Laut], Jaya Purusa [Sudut Timur Laut], Jaya Prakoningprang [Sudut Barat Daya], dan Jaya Prayitna [Sudut Tenggara].
Selanjutnya Oleh Gubernur Belanda berikutnya yakni W.H Van Ossenberg diusulkan agar benteng dibangun lebih permanen guna lebih menjamin keamanan. Pembangunan berikutnya dilaksanakan pada tahun 1767 dibawah pengawasan seorang ahli ilmu bangunan dari belanda yang bernama Ir. Frans Haak, dan baru selesai pada tahun 1768. Hal ini disebabkan Sri Sultan Hamengku Buwono I baru disibukkan pembangunan Kraton. Setelah selesai kemudian benteng di beri nama "Rustenberg" yang artinya Benteng Peristirahatan. Pada tahun 1867 Kota Yogyakarta sempat di goncang gempa bumi yang dasyat sehingga sebagian bangunan benteng rusak berat. Setelah dilakukan perbaikan barulah nama benteng di ganti menjadi "Vredeburg" yang artinya Benteng Perdamaian.
 
Status kepemilikan dari awal pembangunan hingga sekarang secara historis sebagai berikut :
  1. Tahun 1760 - 1765, pada awal pembangunan status tanah milik kraton, tetapi penggunaannya dibawah pengawasan Nicolaas Harting, Gubernur  dari Direktur Pantai Utara Jawa.
  2. Tahun 1765 - 1788, status tanah milik kraton, tapi penguasaan benteng dan tanahnya dipegang oleh Belanda dibawah pimpinan Gubernur W.H. Ossenberg.
  3. Tahun 1788 - 1799, status tanah milik kraton, namun hak penggunaan sepenuhnya oleh VOC.
  4. Tahun 1799 - 1807, status tanah milik kraton, namun penggunaan secara defacto menjadi milik pemerintah Belanda di bawah Gubernur Van de Burg.
  5. Tahun 1807 - 1811, status tanah secara formal milik kraton, namun secara de facto benteng menjadi milik Belanda dibawah pengawasan Gubernur Dandels.
  6. Tahun 1811 - 1816, status tanah secara yuridis milik kraton. kemudian secara de facto dikuasai Inggris dibawah pengawasan Gubernur Jendral Raffles.
  7. Tahun 1816 - 1942, status tanah milik kraton, tetapi secara de facto dipegang Belanda sampai menyerahnya Belanda pada Jepang. yang ditandai dengan perjanjian Kalijati tahun 1942.
  8. Tahun 1942 - 1945, status tanah milik kraton tetapi secara defacto dikuasai oleh Jepang dipergunakan sebagai markas tentara Jepang, Gudang Mesiu dan rumah tahanan bagi orang Belanda dan Indo  Belanda.
  9. Tahun 1945 - 1977, status tanah milik kraton, setelah adanya proklamasi kemerdekaan RI tahun 1945, bentengdiambil alih oleh TNI. Tahun 1948 pada masa agressi militer Belanda II sempat diambil alih, dan setelah serangan umum 1 Maret 1949benteng diambil alih kembali oleh APRI [Angkatan Perang Republik Indonesia].
  10. Tahun 1977 - 1992, Pengelolaan benteng diserahkan dari pihak Hankam kepada Pemerintahan Daerah Yogyakarta, dan tanggal 9 agustus 1980diadakan perjanjian pemanfaatan bangunan bekas benteng Vredeburg antara Sri Sultan HB IX dengan Mendikbud DR. Daud Yusuf. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Mendikbud Prof. DR. Nugroho Notosusanto tanggal 5 Noember 1984 bahwa bekas benteng ini akan difungsikan sebagai sebuah museum  Kemudian tahun 1985Sri Sultan mengijinkan diadakannya perubahan bangunan sesuai kebutuhan sebuah museum. Baru pada tahun 1987 Museum Benteng Vredeburg dibuka untuk umum, sedangkan status tanahdalam periode ini tetap milik kraton.
  11. Tahun 1992 - sekarang, berdasarkan SK Mendikbud RI Prof. DR Fuad Hasan No. 0475/0/1992 tanggal 23 Novemver 1992 secara resmi Benteng Vredeburg digunakan sebagai museum perjuangan dengan nama "Museum Benteng Vredeburg" yang menempati tanah seluas 24.480 m2, sedangkan  luas bangunan yang ada dikompleks Benteng Vredeburg adalah 8.483 m2.
KOLEKSI MUSEUM

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyajikan koleksi-koleksisebagai berikut:
1. Koleksi Bangunan 
  • Selokan atau parit, dibuat mengelilingi benteng yang pada awalnya dimaksudkan sebagai rintangan paling luar terhadap serangan musuh, namun seiring perkembangan jaman parit tersebut kemudian hanya digunakan untuk sara drainase dan pembuangan saja.
  • Jembatan, pada awalnya dibuat jembatan gantung, namun seiring perkembangan tehnologi kendaraan perang kemudian diganti kendaraan paten.
  • Tembok Benteng, berfungsi sebagai pertahanan, pengintaian, penempatan meriam-meriam kecil dan senjata tangan.
  • Pintu Benteng, Digunakan sebagai sarana keluar masuk benteng. Pintu gerbang berjumlah 3 yaitu  Pintu Barat, Timur dan Selatan. tetapi yang disebelah selatan dibuat lebih kecil saja.
  • Bangunan-bangunan didalam benteng [Bagian tengah benteng] berfungsi sebagai barak prajurit dan perwira, yang kemudian dialihfungsikan sebagai tangsi militer.
  • Munumen Serangan Oemoem 1 maret 1949
2. Koleksi Realia, merupakan koleksi yang berupa benda[material] yang benar-benar nyata bukan tiruan dan berperan langsung terjadinya peristiwa sejarah, antara lain berupa peralatan rumah tangga, senjata, naskah pakaian, peralatan dapur dan lain-lain.
3. Koleksi Foto, miniatur, replika, lukisan dan atau benda hasil visualisasi lainnya.
4. Koleksi Adegan sejarah dalam bentuk miniatur yaitu
  • Ruang Mini Rama I, terdiri dari11 buah yang menggambarkan peristiwa sejarah dari jaman Perang Pangeran Diponegoro sampai masa pendudukan jepang. [1825 - 1945]
  • Ruang Mini Rama II terdiri dari 19 buah yang menggambarkan peristiwa sejak Proklamasi Kemerdakaan hingga masa agresi militer Belanda I [1945 - 1947]
  • Ruang Mini Rama III terdiri dari 18 buah yang menggambarkan peristiwa bersejarah semanjak Perjanjian Renville sampai dengan pengakuan kedaulatan RIS [1948 - 1949]
  • Ruang Mini Rama IV terdiri dari 7 buah yang menggambarkan peristiwa sejarah periode NKRI sampai masa Orde Baru [1950 - 1974]
FASILITAS MUSEUM
Museum Benteng Vredeburg memiliki fasilitas umum diantaranya :
  • Halaman Luar meliputi : Taman luar, monumen 1 maret dan halaman Parkir yang memadai
  • Halaman Dalam meliputi : Anjungan, Bastion, Taman bagian dalam.
  • Ruangan Bangunan Benteng bisa untuk acara seminar, meeting, lokakarya, mushola, kantin, toilet serta guest house.
  • Perpustakan yang berisi bermacam-macam buku sejarah
  • Hotspot area
  • Wisata sepeda onthel dan suvenir khas Museum Benteng Vredeburg
Tag : ,

Pantai Sanur Bali

By : Unknown
Pantai Sanur Bali

Pantai Sanur adalah sebuah tempat pelancongan pariwisata yang terkenal di pulau Bali. Tempat ini letaknya adalah persis di sebelah timur kota Denpasar, ibukota Bali. Sanur berada di Kotamadya Denpasar.
Karena memiliki ombak yang cukup tenang, maka pantai Sanur tidak bisa dipakai untuk surfing layaknya Pantai Kuta . Tak jauh lepas Pantai Sanur terdapat juga lokasi wisata selam dan snorkeling. Oleh karena kondisinya yang ramah, lokasi selam ini dapat digunakan oleh para penyelam dari semua tingkatan keahlian.
Pantai Sanur juga dikenal sebagai Sunrise beach (pantai Matahari terbit) sebagai lawan dari Pantai Kuta.
Karena lokasinya yang berada di sebelah timur pulau Bali, maka pantai Bali ini menjadi lokasi yang tepat untuk menikmati sunrise atau Matahari terbit. Hal ini menjadikan tempat wisata ini makin menarik, bahkan ada sebuah ruas di pantai Sanur ini yang bernama pantai Matahari Terbit karena pemandangan saat Matahari terbit sangat indah jika dilihat dari sana.
Sepanjang pantai Bali ini menjadi tempat yang pas untuk melihat Matahari terbit. Apalagi sekarang sudah dibangun semacam sanderan yang berisi pondok-pondok mungil yang bisa dijadikan tempat duduk-duduk menunggu Matahari terbit. Selain itu, ombak di pantai ini relatif lebih tenang sehingga sangat cocok untuk ajang rekreasi pantai anak-anak dan tidak berbahaya.
Selain itu, pengunjung bisa melihat Matahari terbit dengan berenang di pantai. Sebagian kawasan pantai ini mempunyai pasir berwarna putih yang eksotis. Dilengkapi dengan pohon pelindung, pengunjung bisa duduk-duduk sambil menikmati jagung bakar ataupun lumpia yang banyak dijajakan pedagang kaki lima.
Sepanjang tempat wisata pantai Bali ini sekarang sudah dilengkapi dengan penunjang wisata berupa hotel, restoran ataupun kafe-kafe kecil serta art shop. Salah satu hotel tertua di Bali dibangun di pantai ini. Hotel ini bernama Ina Grand Bali Beach yang terletak persis di tepi pantai. Selain itu, sepanjang garis pantai juga dibangun semacam area pejalan kaki yang seringkali digunakan sebagai jalur jogging oleh wisatawan ataupun masyarakat lokal. Jalur ini terbentang ke arah selatan melewati pantai Shindu, pantai Karang hingga Semawang sehingga wisatawan bisa berolahraga sekaligus menikmati pemandangan pantai di pagi hari.
Tag : ,

Kraton Yogyakarta

By : Unknown
Kraton Yogyakarta

Kraton Yogyakarta adalah obyek utama di Kota Yogyakarta. Bangunan Bersejarah yang merupakan istana dan tempat tinggal dari Sultan Hamengku Buwana dan keluarganya ini berdiri sejak tahun 1756. Kraton Yogyakarta dengan segala adat istiadat dan budayanya menjadi ruh kehidupan masyarakat Yogyakarta. Kraton Yogyakarta juga menjadi obyek wisata utama di Kota Yogyakarta baik dari sisi peninggalan bangunannya maupun adat istiadat yang ada di dalamnya. Di Kraton Yogyakarta di samping dapat dinikmati keindahan masa lalu melalui arsitektur bangunannya, dapat juga dinikmati kesenian tradisional yang disajikan setiap harinya di Bangsal Manganti. Saat ini Kraton Yogyakarta ditempati oleh keluarga Sultan Hamengku Buwana X yang menjadi raja sekaligus gubernur di Yogyakarta.
Tag : ,

Jalan Malioboro Yogyakarta

By : Unknown
Jalan Malioboro Yogyakarta


Sejak awal degup jantung Malioboro berdetak telah menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian perkotaan. Setiap bagian dari jalan Malioboro ini menjadi saksi dari sebuah jalanan biasa hingga menjadi salah satu titik terpenting dalan sejarah kota Yogyakarta dan Indonesia. Bangunan Istana Kepresidenan Yogyakarta yang dibangun tahun 1823 menjadi titik penting sejarah perkembangan kota Yogyakarta  yang merupakan soko guru Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari bangunan ini berbagai perisitiwa penting sejarah Indonesia dimulai dari sini. Pada tanggal 6 Januari 1946, Yogyakarta resmi menjadi ibukota baru Republik Indonesia yang masih muda. Istana Kepresidenan Yogyakarta sebagai kediaman Presiden Soekarno beserta keluarganya. Pelantikan Jenderal Soedirman sebagai Panglima Besar TNI (pada tanggal 3 Juni 1947), diikuti pelantikan sebagai Pucuk Pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia (pada tanggal 3 Juli 1947), serta lima Kabinet Republik yang masih muda itu pun dibentuk dan dilantik di Istana ini pula. Benteng Vredeburg yang berhadapan dengan Gedung Agung. Bangunan yang dulu dikenal dengan nama Rusternburg (peristirahatan) dibangun pada tahun 1760. Kemegahan yang dirasakan saat ini dari Benteng Vredeburg pertama kalinya diusulkan pihak Belanda melalui Gubernur W.H. Van Ossenberch dengan alasan menjaga stabilitas keamanan pemerintahan Sultan HB I. Pihak Belanda menunggu waktu 5 tahun untuk mendapatkan restu dari Sultan HB I untuk menyempurnakan Benteng Rusternburg tersebut. Pembuatan benteng ini diarsiteki oleh Frans Haak.Kemudian bangunan benteng yang baru tersebut dinamakan Benteng
Vredeburg yang berarti perdamaian.

Sepanjang jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang berkunjung di kawasan ini, menikmati pengalaman wisata belanja sepanjang bahu jalan yang berkoridor (arcade). Dari produk kerajinan lokal seperti batik, hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu (gantungan kunci, lampu hias dan lain sebagainya) juga blangkon (topi khas Jawa/Jogja) serta barang-barang perak, hingga pedagang yang menjual pernak pernik umum yang banyak ditemui di tempat lain. Pengalaman lain dari wisata belanja ini ketika terjadi tawar menawar harga, dengan pertemuan budaya yang berbeda akan terjadi komunikasi yang unik dengan logat bahasa yang berbeda. Jika beruntung, bisa berkurang sepertiga atau bahkan separohnya. Tak lupa mampir ke Pasar Beringharjo, di tempat ini kita banyak dijumpai beraneka produk tradisional yang lebih lengkap. Di pasar ini kita bisa menjumpai produk dari kota tetangga seperti batik Solo dan Pekalongan. Mencari batik tulis atau batik print, atau sekedar mencari tirai penghias jendela dengan motif unik serta sprei indah bermotif batik. Tempat ini akan memuaskan hasrat berbelanja barang-barang unik dengan harga yang lebih murah. Berbelanja di kawasan Malioboro serta Beringharjo, pastikan tidak tertipu dengan harga yang ditawarkan. Biasanya para penjual menaikkan harga dari biasanya bagi para wisatawan.

Malioboro terus bercerita dengan kisahnya, dari pagi sampai menjelang tengah malam terus berdegup mengiringi aktifitas yang silih berganti. Tengah malam sepanjang jalan Malioboro mengalun lebih pelan dan tenang. Warung lesehan merubah suasana dengan deru musisi jalanan dengan lagu-lagu nostalgia. Berbagai jenis menu makanan ditawarkan para pedagang kepada pengunjung yang menikmati suasana malam kawasan Malioboro.  Perjalanan terus berlanjut sampai  dikawasan nol kilometer kota Yogyakarta, yang telah mengukir sejarah di setiap ingatan orang-orang yang pernah berkunjung ke kota Gudeg ini. Bangunan-bangunan bersejarah menjadi penghuni tetap kawasan nol kilometer yang menjamu ramah bagi pengunjung yang memiliki minat di bidang arsitektur dan fotografi.
Tag : ,

TUGU YOGYAKARTA

By : Unknown
TUGU JOGJA

Sebagian besar orang yang berkunjung ke kota Jogja percaya, belum lengkap rasanya kalau belum berkunjung ke tugu Jogja. Tugu Jogja adalah sebuah bangunan monumen bersejarah yang berada di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan A.M. Sangaji dan Jalan Diponegoro. Tugu Jogja ini hampir berusia tiga abad lamanya. Selain itu Tugu Jogja dikenal sebagai simbol kota Jogja. Tugu ini mempunyai sato poros imajiner antara Laut Selatan, Kraton Jogja dan Gunung Merapi. Semua hal ini berkaitan dengan ikatan magis antara ketiga tempat tersebut. Tugu Yogyakarta dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755. Pada awalnya, tugu ini berbentuk Golong-Gilig dan mempunyai tinggi mencapai 25 meter, dimana tiang dari tugu ini berbentuk Gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk Golong (bulat), sehingga pada masa itu tugu ini disebut dengan nama Tugu Golong-Gilig. Pada awal dibangunnya tugu ini mempunyai makna Manunggaling Kawula Gusti yang menggambarkan semangat persatuan antara rakyat dan penguasa dalam melawan penjajah. Namun di sisi lain juga bisa bermakna sebagai hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta.
Pada tanggal 10 Juni 1867, gempa hebat mengguncang kota Yogyakarta dan mengakibatkan runtuhnya bangunan tugu. Dan baru pada tahun 1889, tugu ini mulai diperbaiki oleh pemerintah Belanda yang dilakukan oleh Opzichter van Waterstaat atau Kepala Dinas Pekerjaan Umum, JWS van Brussel di bawah pengawasan Pepatih Dalem Kanjeng Raden Adipati Danurejo V dengan melakukan sedikit renovasi pada bangunan tugu ini. Tugu ini lalu dibangun dengan bentuk persegi dimana puncaknya tidak lagi bulat melainkan berbentuk kerucut runcing. Tiap sisi bangunan tugu juga dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam proses renovasi tersebut. Tidak hanya itu saja, tinggi bangunan yang awalnya mencapai 25 meter pun dibuat hanya setinggi limabelas meter. Tugu ini kemudian diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VII pada tanggal 3 Oktober 1889. Semenjak itu, tugu ini disebut dengan nama De Witt Paal atau Tugu Putih.
Kini Tugu Yogyakarta semakin bertambah cantik dengan taman kecil yang menghiasi sekitar area tugu. Selain menambah kecantikannya, taman ini juga dimaksudkan untuk menjaga agar pengunjung tidak semena-mena naik ke atas tugu dan mengotori bangunan bersejarah ini.

Tag : ,

- Copyright © Yogyakarta Update - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -